Lifestyle

Circle Positif: Kunci Sukses Menjadi High Value Male

×

Circle Positif: Kunci Sukses Menjadi High Value Male

Sebarkan artikel ini
Circle Positif: Kunci Sukses Menjadi High Value Male

FOKUS GAYA HIDUP – Lo pasti pernah dengar kalimat bijak yang sering diulang-ulang tapi 100% benar: “Lo adalah rata-rata dari 5 orang terdekat lo.” Coba berhenti sejenak dan pikirkan kalimat itu. Lihat sekeliling lo. Siapa lima orang yang paling sering berinteraksi dengan lo? Apa yang mereka bicarakan? Apa yang mereka lakukan di waktu luang? Jawabannya, suka atau tidak suka, adalah cerminan dari hidup lo saat ini dan di masa depan.

Seorang High Value Male ngerti banget soal ini. Ini bukan konsep yang rumit, tapi sangat fundamental. Dia sadar betul bahwa energi, ambisi, dan pola pikir itu menular. Makanya, dia akan sangat selektif dalam memilih circle pertemanan. Ini bukan soal sombong atau eksklusif, tapi soal kesadaran diri dan strategi untuk bertumbuh.

Kalau temen lo isinya cuma orang yang doyan mabuk setiap akhir pekan, rebahan sambil scroll media sosial tanpa henti, atau sibuk ngomongin gosip artis yang nggak ada faedahnya, jangan kaget kalau hidup lo terasa stuck dan nggak maju-maju. Lo akan ikut terseret ke dalam kebiasaan buruk dan mediokritas. Sebaliknya, seorang pria berkualitas atau High Value Male bakal secara aktif cari circle yang bikin dia tumbuh: temen yang ngomongin bisnis, investasi, pengembangan diri, kesehatan fisik dan mental, serta merancang masa depan yang cerah.

Artikel ini bukan sekadar omong kosong motivasi. Ini adalah panduan strategis dan mendalam buat lo yang mau naik kelas. Kita akan bedah tuntas kenapa circle pertemanan adalah aset terbesar (atau liabilitas terburuk) dalam hidup lo, cara mengidentifikasi lingkungan toxic, dan yang paling penting, bagaimana cara membangun circle pertemanan positif & bermanfaat dari nol. Siap? Mari kita mulai.

Mengapa Lingkungan Pertemanan adalah Cerminan Takdir Anda?

Konsep bahwa kita adalah produk dari lingkungan kita bukanlah isapan jempol belaka. Ada penjelasan psikologis dan sosiologis yang kuat di baliknya. Manusia adalah makhluk sosial yang secara alami meniru dan beradaptasi dengan lingkungannya.

1. Teori “Social Contagion” (Penularan Sosial)

Secara tidak sadar, kita menyerap kebiasaan, emosi, dan bahkan pola pikir orang-orang di sekitar kita.

  • Kebiasaan: Jika teman-teman lo rajin ke gym, lo akan merasa termotivasi untuk ikut. Sebaliknya, jika mereka selalu memesan makanan cepat saji, kemungkinan besar pola makan lo juga akan ikut tidak sehat.
  • Emosi: Pernah merasa lebih ceria setelah ngobrol dengan teman yang optimis? Atau merasa lelah dan negatif setelah mendengar keluhan terus-menerus? Itulah penularan emosi.
  • Pola Pikir: Diskusi tentang peluang bisnis dan investasi akan membuka wawasan lo. Sebaliknya, obrolan yang isinya hanya menyalahkan keadaan akan membuat lo menjadi pribadi yang pesimis dan pasif.

Lingkungan pertemanan lo adalah “tanah” tempat lo tumbuh. Tanah yang subur akan menghasilkan pohon yang kuat dan berbuah lebat. Tanah yang tandus dan beracun hanya akan membuat lo layu sebelum berkembang.

2. Normalisasi Standar Hidup

Apa yang dianggap “normal” oleh circle lo akan menjadi standar normal bagi lo.

  • Circle Negatif: Tidak punya tabungan di usia 30 dianggap wajar. Menghabiskan gaji untuk foya-foya adalah hal biasa. Tidak membaca buku selama setahun penuh bukan masalah. Standar ini akan menarik lo ke bawah.
  • Circle Positif: Memiliki beberapa sumber pendapatan adalah target. Mengalokasikan dana untuk investasi adalah kewajiban. Membaca setidaknya satu buku sebulan adalah kebiasaan. Standar ini akan mendorong lo untuk terus menjadi lebih baik.

Seorang High Value Male tidak menerima standar yang biasa-biasa saja. Dia mencari lingkungan yang menetapkan standar tinggi, bukan untuk kompetisi yang tidak sehat, tetapi untuk saling mendorong mencapai potensi tertinggi.

3. Akses ke Peluang dan Informasi

Circle pertemanan adalah jaringan utama lo. Informasi lowongan pekerjaan, peluang proyek, ide bisnis baru, atau bahkan rekomendasi pasangan yang berkualitas sering kali datang dari orang-orang terdekat. Jika circle lo tidak memiliki akses atau bahkan tidak tertarik pada hal-hal tersebut, lo secara efektif menutup pintu bagi banyak sekali peluang emas dalam hidup.

Baca juga: Disiplin vs Motivasi: Rahasia Cowok High Value untuk Sukses Hidup

Tanda Bahaya: Apakah Circle Pertemanan Lo Beracun?

Mungkin saat ini lo ragu, “Apakah teman-teman gue seburuk itu?” Kesetiaan dan kenangan masa lalu sering kali membutakan kita. Coba jujur pada diri sendiri dan lihat apakah circle lo menunjukkan tanda-tanda ini.

  • Rajanya Keluhan, Minim Solusi: Obrolan selalu diisi dengan keluhan tentang pekerjaan, pemerintah, pasangan, atau nasib buruk. Mereka ahli dalam mengidentifikasi masalah tetapi tidak pernah sekalipun membahas solusi atau mengambil tindakan.
  • Perayaan Kebiasaan Buruk: Mabuk-mabukan, begadang tanpa tujuan, atau menghabiskan uang untuk hal konsumtif dijadikan sebagai “prestasi” atau cara untuk “bersenang-senang”. Upaya lo untuk hidup lebih sehat atau hemat justru dicemooh.
  • Pecandu Gosip dan Drama: Energi mereka habis untuk membicarakan keburukan orang lain. Mereka lebih tahu kehidupan selebgram daripada perkembangan industri yang mereka tekuni. Lingkungan seperti ini akan mengotori pikiran lo dengan hal-hal negatif dan tidak produktif.
  • Mentalitas Kepiting dalam Ember (Crab Mentality): Ini adalah tanda paling berbahaya. Ketika lo mencoba untuk “memanjat keluar dari ember” dengan memulai bisnis, belajar skill baru, atau memperbaiki diri, mereka akan berusaha menarik lo kembali ke bawah. Mereka akan berkata, “Ngapain sih serius amat?” atau “Lo nggak akan bisa.” Ini bukan karena mereka benci lo, tapi karena kesuksesan lo menyoroti kegagalan mereka.
  • Tidak Ada Pertumbuhan Intelektual: Diskusi tidak pernah beranjak dari topik yang itu-itu saja (sepak bola, game, wanita). Tidak ada obrolan tentang buku, ide-ide baru, teknologi, atau cara meningkatkan kualitas hidup. Pikiran lo menjadi tumpul karena tidak pernah diasah.
  • Absen Saat Lo Benar-Benar Butuh Dukungan: Mereka ada saat senang-senang, tapi menghilang saat lo menghadapi kesulitan nyata atau saat lo butuh dukungan untuk proyek penting lo. Pertemanan mereka dangkal dan hanya berbasis kesenangan sesaat.

Jika lo mengangguk pada tiga atau lebih poin di atas, ini adalah alarm darurat. Lo tidak sedang berada dalam pertemanan, lo berada dalam sebuah “jangkar” yang menahan kapal lo untuk berlayar.

Blueprint Circle Pertemanan High Value: Seperti Apa Bentuknya?

Setelah mengenali racunnya, sekarang saatnya kita definisikan penawarnya. Circle pertemanan yang positif & bermanfaat adalah sebuah ekosistem pertumbuhan. Setiap anggota saling menyirami, bukan saling menginjak. Berikut adalah karakteristik utamanya:

  • Berorientasi pada Pertumbuhan (Growth-Oriented):
    • Mereka selalu belajar. Mereka membaca buku, mengikuti kursus, mendengarkan podcast yang bermanfaat.
    • Mereka tidak takut gagal dan melihat kegagalan sebagai pelajaran.
    • Diskusi mereka berisi tentang “bagaimana jika kita coba ini?” bukan “itu tidak mungkin berhasil.”
  • Saling Mendukung dan Merayakan Kemenangan:
    • Ketika lo berhasil mencapai sesuatu, mereka adalah orang pertama yang tulus memberikan selamat.
    • Tidak ada iri atau dengki. Kemenangan satu anggota dianggap sebagai kemenangan seluruh circle.
    • Mereka memberikan dukungan nyata, bukan hanya kata-kata. Misalnya, ikut mempromosikan bisnis teman atau menjadi pelanggan pertama.
  • Akuntabilitas yang Membangun (Constructive Accountability):
    • Mereka tidak akan membiarkan lo melanggar janji pada diri sendiri.
    • Jika lo bilang mau mulai diet, mereka akan bertanya, “Gimana perkembangan diet lo?” bukan untuk menghakimi, tapi untuk menyemangati.
    • Mereka akan memberikan kritik yang jujur dan membangun jika melihat lo melakukan kesalahan. “Bro, menurut gue cara lo ngadepin masalah itu kurang tepat, mungkin bisa coba cara ini.”
  • Ambisius dan Punya Visi:
    • Setiap orang di dalamnya memiliki tujuan yang jelas, baik dalam karier, bisnis, maupun kehidupan pribadi.
    • Kehadiran mereka menginspirasi lo untuk menetapkan target yang lebih tinggi.
    • Mereka tidak hanya bermimpi, tapi juga menyusun rencana dan mengambil tindakan nyata untuk mencapainya.
  • Kecerdasan Finansial:
    • Mereka tidak tabu membicarakan uang, investasi, saham, atau properti.
    • Mereka saling berbagi tips tentang cara mengelola keuangan dan membangun kekayaan.
    • Mereka menghindari utang konsumtif dan memprioritaskan aset.
  • Menjaga Kesehatan Fisik dan Mental:
    • Mereka sadar bahwa tubuh adalah aset terpenting. Aktivitas mereka bisa jadi futsal bersama, lari pagi, atau nge-gym bareng.
    • Mereka juga terbuka untuk membahas kesehatan mental, stres, dan cara mengatasinya tanpa stigma.

Membaca daftar ini mungkin terasa seperti mencari makhluk mitologis. Tapi percayalah, orang-orang seperti ini ada. Tugas lo adalah menemukan mereka dan menjadi salah satu dari mereka.

Langkah Strategis Membangun Circle Positif & Bermanfaat

Oke, lo sudah paham “kenapa” dan “apa”. Sekarang bagian terpenting: “bagaimana” caranya? Proses ini butuh keberanian, strategi, dan waktu. Ini bukan perubahan yang terjadi dalam semalam.

Fase 1: Audit dan Detoksifikasi Lingkungan Lama

Langkah pertama adalah yang paling sulit secara emosional: melepaskan atau setidaknya mengurangi pengaruh circle yang negatif.

  1. Lakukan Audit Jujur: Ambil kertas dan pulpen. Tulis nama 5-7 orang yang paling sering berinteraksi dengan lo. Di samping setiap nama, tuliskan dampak mereka pada hidup lo: apakah mereka menambah energi (positif) atau menyedot energi (negatif)? Apakah setelah bertemu mereka lo merasa terinspirasi atau justru lelah? Jujurlah.
  2. Strategi “Slow Fade” (Menghilang Perlahan): Untuk teman yang tidak terlalu dekat tapi negatif, ini cara terbaik. Kurangi frekuensi bertemu secara bertahap. Jika diajak melakukan kegiatan yang tidak produktif, tolak dengan sopan. “Sorry bro, lagi ada kerjaan,” atau “Lagi fokus ngejar target, next time ya.” Lo tidak perlu drama atau konfrontasi.
  3. Tetapkan Batasan yang Jelas (Setting Boundaries): Untuk teman yang lebih dekat, lo perlu menetapkan batasan. Misalnya, “Bro, gue seneng ngobrol sama lo, tapi bisa nggak kita kurangi ngomongin kejelekan orang lain?” atau “Gue lagi mau ngurangin minum-minum nih, kalau mau ngopi atau olahraga, ayo.” Beberapa akan menghormati batasan lo, yang lain mungkin akan menjauh. Biarkan seleksi alam bekerja.
  4. Percakapan Jujur (The Honest Talk): Ini hanya untuk sahabat yang benar-benar lo sayangi tapi terjebak dalam kebiasaan buruk. Lakukan percakapan dari hati ke hati. “Bro, gue ngerasa kita akhir-akhir ini terlalu banyak buang waktu. Gue mau hidup gue lebih baik, dan gue pengen lo juga begitu. Gimana kalau kita coba…” Ini adalah pertaruhan. Bisa jadi dia tersadar, atau bisa jadi hubungan kalian merenggang. Apapun hasilnya, itu lebih baik daripada terjebak bersama dalam mediokritas.

Penting untuk diingat: Tujuan lo bukan untuk memusuhi mereka. Tujuan lo adalah untuk memprioritaskan pertumbuhan diri lo. Lo tidak bisa menyelamatkan orang yang tidak mau diselamatkan, dan lo tidak boleh membiarkan diri lo ikut tenggelam bersama mereka.

Fase 2: Menjadi Orang yang Diinginkan oleh Circle Berkualitas

Ini adalah kunci yang sering dilupakan orang. Lo tidak bisa berharap diterima di circle pertemanan yang positif & bermanfaat jika lo sendiri tidak membawa nilai apa-apa.

“You don’t attract what you want. You attract what you are.”

Sebelum aktif mencari teman baru, investasikan waktu dan energi untuk membangun diri sendiri.

  • Kembangkan Keahlian Bernilai Tinggi: Belajar coding, digital marketing, public speaking, sales, atau skill lain yang relevan. Ketika lo punya keahlian, lo punya sesuatu untuk ditawarkan.
  • Jadilah Sumber Informasi: Baca buku, ikuti berita industri, pelajari tren baru. Jadilah orang yang “tahu sesuatu”. Orang-orang berkualitas tertarik pada individu yang bisa memberikan wawasan baru.
  • Perbaiki Penampilan dan Kesehatan: Ini bukan soal menjadi super tampan. Ini soal merawat diri. Olahraga teratur, makan makanan sehat, tidur cukup, dan berpakaian rapi. Ini menunjukkan bahwa lo menghargai diri sendiri.
  • Kembangkan Hobi yang Menarik: Fotografi, mendaki gunung, bermain musik, catur. Hobi tidak hanya membuat hidup lo lebih berwarna, tapi juga menjadi pintu masuk ke komunitas baru.
  • Belajar Menjadi Pendengar yang Baik: Jangan hanya bicara tentang diri sendiri. Tunjukkan minat yang tulus pada orang lain, tanyakan tentang tujuan mereka, dan dengarkan dengan saksama. Ini adalah magnet sosial yang sangat kuat.

Ketika lo menjadi pribadi yang menarik, ambisius, dan berpengetahuan, lo akan secara alami memancarkan energi yang akan menarik orang-orang selevel.

Fase 3: Pergi ke Tempat Ikan Berkumpul

Orang-orang berkualitas tidak akan secara ajaib muncul di depan pintu rumah lo. Lo harus proaktif dan pergi ke “kolam” tempat mereka berkumpul.

  • Acara Profesional dan Seminar: Datanglah ke seminar, workshop, atau pameran yang sesuai dengan bidang minat atau karier lo. Jangan hanya duduk diam. Ajak bicara orang di sebelah lo, tanyakan apa yang mereka pelajari, dan bertukar kartu nama.
  • Komunitas Berbasis Hobi atau Keahlian:
    • Olahraga: Bergabunglah dengan klub lari, komunitas sepeda, dojo bela diri, atau gym yang serius. Penderitaan bersama saat latihan adalah cara cepat untuk membangun ikatan.
    • Intelektual: Ikut Toastmasters untuk melatih public speaking, bergabung dengan klub buku, atau ambil kursus offline (misalnya bahasa asing atau programming).
    • Bisnis: Cari komunitas pengusaha lokal, hadiri acara networking yang diadakan oleh co-working space.
  • Lingkungan Pendidikan: Jika memungkinkan, mengambil program sertifikasi atau bahkan gelar master bisa menjadi cara yang sangat efektif untuk bertemu dengan orang-orang ambisius dari berbagai latar belakang.
  • Menjadi Relawan (Volunteering): Bergabung dengan organisasi sosial untuk tujuan yang lo pedulikan. Lo akan bertemu orang-orang yang memiliki empati dan keinginan untuk membuat dampak positif, sebuah ciri khas individu berkualitas.
  • Gunakan Media Sosial Secara Strategis: LinkedIn adalah alat yang sangat powerful. Hubungi profesional yang menginspirasi lo. Berikan komentar yang berbobot pada postingan mereka. Jangan hanya menjadi penonton.

Tips Saat Networking: Jangan datang dengan mentalitas “apa yang bisa gue dapat?”. Datanglah dengan mentalitas “apa yang bisa gue berikan?”. Tawarkan bantuan, bagikan informasi, atau cukup menjadi pendengar yang baik. Hubungan yang tulus dibangun di atas dasar saling memberi nilai.

Menjaga dan Merawat Circle Emas Anda

Menemukan orang yang tepat baru setengah dari perjalanan. Setengah lainnya adalah menjaga dan memelihara hubungan tersebut agar tumbuh subur.

  • Jadilah Inisiator: Jangan pasif menunggu diajak. Jadilah orang yang berinisiatif mengatur pertemuan, entah itu sekadar makan siang, diskusi proyek, atau berolahraga bersama.
  • Berikan Nilai Secara Konsisten: Jika lo menemukan artikel atau informasi yang relevan dengan teman lo, bagikan padanya. Jika lo punya skill yang bisa membantunya, tawarkan bantuan.
  • Rayakan Kesuksesan Mereka: Jadilah pendukung nomor satu mereka. Ketika mereka mencapai sesuatu, tunjukkan antusiasme yang tulus.
  • Jadilah Teman yang Bisa Diandalkan: Saat mereka menghadapi kesulitan, hadirlah untuk mereka. Kepercayaan dibangun pada saat-saat sulit, bukan hanya saat-saat indah.
  • Lakukan “Mastermind Group”: Bentuk kelompok kecil (3-5 orang) dalam circle lo untuk bertemu secara rutin (misalnya sebulan sekali). Setiap orang berbagi progres, tantangan, dan tujuan mereka. Kelompok ini akan menjadi dewan penasihat pribadi yang sangat berharga bagi setiap anggota.

FAQ: Pertanyaan yang Sering Muncul Seputar Membangun Circle

Kami tahu, mengubah lingkungan pertemanan adalah langkah besar yang penuh tantangan dan keraguan. Berikut adalah jawaban atas beberapa pertanyaan yang mungkin ada di benak lo saat ini.

Gimana kalau gue merasa bersalah meninggalkan teman lama? Kita udah temenan dari kecil.

Perasaan bersalah itu sangat wajar dan manusiawi. Itu menunjukkan lo adalah orang yang setia. Tapi, lo harus bisa membedakan antara kesetiaan pada pertemanan dengan kesetiaan pada kebiasaan buruk.

Pikirkan ini:

  • Tujuan lo bukan untuk “membuang” mereka, tapi untuk menyelamatkan diri sendiri. Lo tidak bisa membantu siapapun jika lo sendiri ikut tenggelam.
  • Pertemanan sejati seharusnya didasari oleh dukungan untuk bertumbuh. Jika teman lo secara konsisten menahan lo, hubungan itu sudah tidak sehat.
  • Lo tidak meninggalkan kenangan indah masa lalu. Lo hanya memilih untuk tidak membiarkan masa lalu itu menentukan masa depan lo. Fokuslah pada versi diri lo yang lebih baik, dan sadari bahwa terkadang, jalan untuk bertumbuh harus ditempuh sendirian untuk sementara waktu.

Kalau gue jauhin teman-teman lama, gue bakal sendirian dong? Nyari teman baru kan susah.

Ya, kemungkinan besar akan ada fase transisi di mana lo merasa kesepian. Anggap saja ini adalah investasi jangka pendek untuk keuntungan jangka panjang.

Masa-masa “sendirian” ini justru sangat berharga. Gunakan waktu ekstra yang lo miliki untuk fokus 100% pada pembangunan diri sendiri: baca buku lebih banyak, tekuni skill baru, atau bangun bisnis sampingan. Ketika lo menjadi pribadi yang lebih menarik dan bernilai, lo akan menjadi magnet bagi orang-orang berkualitas. Kesepian itu hanya sementara, tapi penyesalan karena tidak berkembang itu selamanya.

Nanti gue dibilang sombong atau kacang lupa kulitnya sama teman-teman lama. Gimana cara ngatasinnya?

Ini adalah taktik umum dari crab mentality. Ketika kepiting lain tidak suka melihat lo berhasil keluar dari ember, mereka akan melabeli lo dengan sebutan negatif agar lo merasa buruk dan kembali turun.

Faktanya adalah: Orang yang benar-benar peduli sama lo akan ikut senang melihat lo maju. Mereka yang melabeli lo “sombong” biasanya adalah mereka yang merasa tidak nyaman dengan kemajuan lo karena itu menyoroti stagnasi mereka sendiri. Biarkan mereka berkata apa saja. Fokus lo bukan pada opini mereka, tapi pada tujuan lo. Bukti terbaik adalah hasil. Ketika hidup lo menjadi lebih baik, lo akan tahu bahwa keputusan lo sudah tepat.

Gue orangnya introvert, susah banget mulai obrolan di tempat baru. Ada tips?

Menjadi introvert bukanlah halangan, justru bisa menjadi kekuatan. Introvert cenderung lebih baik dalam membangun koneksi yang dalam dan 1-on-1.

  • Jangan paksa diri ke acara networking besar. Mulailah dari lingkungan yang lebih kecil dan berbasis minat, seperti workshop, klub buku, atau komunitas hobi.
  • Siapkan “pembuka obrolan”. Bukan basa-basi, tapi pertanyaan tulus yang berhubungan dengan konteks. Misalnya di sebuah seminar, tanyakan “Bagian mana dari presentasi tadi yang paling menarik menurut lo?”
  • Fokus menjadi pendengar yang baik. Orang suka berbicara tentang diri mereka sendiri. Tunjukkan minat yang tulus, ajukan pertanyaan lanjutan, dan lo akan dianggap sebagai teman ngobrol yang menyenangkan tanpa harus banyak bicara.
  • Tawarkan nilai lebih dulu. Introvert seringkali adalah pengamat yang baik. Mungkin lo bisa menawarkan bantuan teknis, rekomendasi buku, atau sekadar perspektif yang unik.

Bagaimana kalau circle negatif itu justru keluarga atau sepupu sendiri? Kan nggak mungkin diputus total.

Ini situasi yang sangat sulit dan umum terjadi. Kuncinya bukan “memutus hubungan”, tapi “mengelola eksposur dan menetapkan batasan”.

  • Kurangi durasi dan frekuensi pertemuan yang tidak penting.
  • Jangan terlibat dalam percakapan negatif. Jika mereka mulai bergosip atau mengeluh, alihkan pembicaraan dengan sopan (“Eh, ngomong-ngomong, gimana proyek kerjaan lo kemarin?”) atau cari alasan untuk pamit dari obrolan.
  • Jangan bagikan mimpi dan tujuan besar lo kepada mereka jika lo tahu responnya akan negatif. Simpan energi dan antusiasme lo untuk circle yang mendukung.
  • Cintai mereka sebagai keluarga, tapi carilah circle utama lo di luar sana untuk urusan pertumbuhan diri, bisnis, dan ambisi.

Kesimpulan: Lingkungan Lo adalah Pilihan, Bukan Takdir

Kembali ke kalimat awal: “Lo adalah rata-rata dari 5 orang terdekat lo.” Setelah membaca panduan ini, lo seharusnya sadar bahwa kalimat tersebut bukanlah sebuah vonis, melainkan sebuah pilihan. Lo punya kekuatan penuh untuk memilih kelima orang tersebut.

Membangun circle pertemanan yang positif & bermanfaat adalah salah satu investasi terpenting yang akan dilakukan oleh seorang High Value Male. Ini adalah proyek jangka panjang yang membutuhkan kesadaran, keberanian untuk melepaskan yang lama, usaha untuk membangun diri sendiri, dan proaktivitas untuk mencari yang baru.

Prosesnya mungkin tidak nyaman. Lo mungkin akan merasa kesepian untuk sementara waktu. Lo mungkin akan dicap sombong oleh teman-teman lama. Tapi ingatlah, rasa sakit dari pertumbuhan jauh lebih baik daripada penderitaan karena penyesalan di masa depan.

Mulailah hari ini. Ambil pulpen dan kertas itu. Lakukan audit circle lo. Ambil satu langkah kecil pertama. Masa depan lo akan berterima kasih untuk itu. Karena pada akhirnya, lingkungan yang lo pilih hari ini akan menentukan kualitas hidup, kesuksesan, dan kebahagiaan lo di hari esok.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *