FOKUS TV TANGERANG – Di tengah rindangnya hutan kecil dan lebatnya pepohonan bambu di Kampung Tapos Wetan RT 15 RW 05, Desa Tapos, Kecamatan Tigaraksa, Kabupaten Tangerang, mengalir sebuah mata air jernih yang tak pernah surut. Air itu memancar dari akar pohon beringin tua, menjadi saksi bisu perjalanan waktu selama ratusan tahun.
Kawasan ini masih tampak asri dan alami, jauh dari hiruk-pikuk modernisasi. Aroma tanah basah dan suara gemericik air menjadi harmoni alami yang menyambut siapa pun yang datang.
Menurut Abah Ohim, salah satu sesepuh sekaligus penjaga situs, sumber air ini bukan sekadar fenomena alam biasa. Ia menyebut bahwa lokasi tersebut merupakan patilasan (jejak spiritual) milik Ki Buyut Gamparan, seorang tokoh yang diyakini pernah melakukan pertapaan di tempat itu.
“Mata air ini sudah ada sejak ratusan tahun lalu. Konon, tempat ini adalah lokasi bertapanya Ki Buyut Gamparan. Air ini dipercaya hanya diperuntukkan bagi manusia, bukan hewan,” ujar Abah Ohim saat ditemui di lokasi pada Selasa, 25 Juni 2025.
Kisah mistis turut menyelimuti keberadaan mata air ini. Abah Ohim mengisahkan bahwa pada suatu masa, aliran air sempat menghilang secara misterius setelah seekor kerbau mati usai meminum dari sumber tersebut.
“Airnya pernah tertutup dan tak mengalir, karena ada kerbau yang mati setelah minum di sini. Tapi bukan karena racun atau sebab medis. Katanya, karena mata air ini khusus untuk manusia, bukan untuk binatang,” jelasnya.
Meski potensi alamnya menarik perhatian, Abah Ohim dan rekan-rekannya memilih untuk tidak mengubah tempat itu menjadi lokasi wisata modern. Mereka menolak memasang lampu penerangan atau fasilitas lain yang dianggap dapat mengganggu keaslian suasana.
“Kami lebih memilih membiarkan tempat ini tetap seperti apa adanya. Kami hanya fokus pada perawatan dan menjaga kebersihannya,” tuturnya.
Keberadaan mata air ini bukan hanya sebagai sumber kehidupan bagi warga sekitar, tapi juga sebagai warisan budaya dan spiritual yang dihormati. Setiap pengunjung yang datang disambut dengan nuansa kesunyian yang menyegarkan jiwa—sebuah pengingat bahwa alam, sejarah, dan spiritualitas bisa berpadu dalam harmoni.